Literasi Untuk Kemanusiaan, BEM KM UMK Gelar Review Buku Dan Sharing Bersama Tokoh Nasional

Sharing is caring

mediamuria.com, Kudus – Dalam rangka meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi sebagai sarana membangun nilai kemanusiaan, Badan Eksekutif Mahasiswa – Keluarga Mahasiswa Universitas Muria Kudus (BEM KM UMK) menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Literasi untuk Kemanusiaan”. Acara ini berlangsung pada hari Senin, 6 Oktober 2025 di Taman Oasis Djarum, Kudus, pada pukul 15.30 WIB.

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara BEM KM UMK dan Book Party, dibawah naungan Kabinet Sahitya Kalpasastra. Acara terbuka untuk umum dan menghadirkan sejumlah tokoh nasional yang memiliki kontribusi besar dalam bidang literasi dan kemanusiaan.

Acara ini awalnya akan diisi dengan narasumber utama Dr. Lestari Moerdijat, S.S., M.M., Wakil Ketua MPR RI, yang dikenal aktif dalam memperjuangkan literasi, pendidikan, dan nilai kemanusiaan diberbagai wilayah Indonesia. Namun karena padatnya jadwal, beliau meminta maaf untuk tidak hadir.

Selain itu, hadir pula Fenty Effendy, penulis buku “Bawa Mereka Pulang”, karya yang mengangkat kisah kemanusiaan tentang pembebasan anak-anak Indonesia dari kawasan konflik Mindanao. Melalui karyanya, Fenty akan berbagi pengalaman dan refleksi tentang kekuatan literasi dalam menyuarakan kemanusiaan dan perjuangan hak asasi.

Narasumber lainnya yaitu Ahmad Baidhowi AR, Direktur Eksekutif Yayasan Sukma, yang akan membahas peran lembaga sosial dalam mendukung pendidikan, literasi, dan kemanusiaan di Indonesia.

Jalannya Acara

Setelah MC membuka acara, selanjutnya diisi Fenty Effendy penulis buku “Bawa Mereka Pulang”, beliau menjelaskan secara singkat tentang isi dari buku tersebut. 

Dilanjutkan oleh Bapak Ahmad Baidhowi selaku Direktur Eksekutif Yayasan Sukma, menjelaskan dimana dalam buku. Selanjutnya beliau menjelaskan singkat tentang dirinya. Beliau berhasil melatih 80 mahasiswa menjadi relawan pendidikan, setelah terjadinya bencana alam di Aceh. Beliau juga yang pertama mendirikan sekolah darurat setelah bencana tersebut.

Beliau menjelaskan awal mula bertemu dengan ibu Lestari Moerdijat dan Bapak Surya Paloh. Dalam pertemuan tersebut beliau diajak dalam program pembuatan 3 sekolah di Aceh. Beliau akhirnya setuju dalam program tersebut setelah melakukan asesmen di Aceh untuk melihat jika membuat sekolah apa yang menjadi visi disana

Tentang Ahmad Baidhowi AR

Bapak Ahmad Baidhowi AR adalah Direktur Eksekutif Yayasan Sukma / Yayasan Sukma Bangsa. Yayasan Sukma adalah organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan.

Ahmad Baidhowi sangat aktif dalam inisiatif-inisiatif pengembangan pendidikan, terutama:

  • Kolaborasi dengan Leva Foundation

Yayasan Sukma dibawah kepemimpinannya menandatangani MoU dengan Leva Foundation (lembaga asal Afrika Selatan) untuk pelatihan coding bagi guru—termasuk sertifikasi guru yang menyelesaikan pelatihan agar bisa menjadi master teacher.

  • Pelatihan Coding untuk Guru di Sulteng dan Aceh

Menjalankan pelatihan coding berbasis “unplugged coding” / computational thinking, menggunakan kit sederhana dan HP agar mudah diakses oleh banyak sekolah.

  • Beasiswa & Kemitraan Pemerintah Daerah

MoU dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah untuk pemberian beasiswa kepada siswa tidak mampu di sekolah Sukma Bangsa Sigi: 90 siswa (30 SMP, 60 SMA) dengan pembiayaan penuh dari pemerintah daerah. Total anggaran sekitar Rp 9,3 miliar lebih. Pelibatan Sekolah Sukma Bangsa dalam pembentukan kapasitas dan akses pendidikan di daerah-daerah yang masih terbatas.

  • Kesehatan Mental & Pendidikan Karakter

Ahmad Baidhowi juga pernah berbicara di forum nasional tentang pentingnya kesehatan mental generasi muda, dan bagaimana sistem pendidikan di sekolah turut mencerminkan kondisi masyarakat. Dia menyebutkan perlunya pengelolaan sekolah yang transparan, manajemen konflik berbasis sekolah, dan peningkatan kompetensi guru.

  • Upaya Kemandirian Yayasan

Menurut dia, kerja sama dengan institusi luar (termasuk internasional) adalah bagian dari strategi untuk menjadikan Yayasan Sukma lebih mandiri dan berkelanjutan.

Biografi Fenty Effendy

Fenty Effendy lahir di Pekanbaru, Riau. Ia menghabiskan masa remaja di Padang, Sumatera Barat, sekolah di SMP 7 dan SMA 2 Padang. Beliau mendapatkan gelar S1 di Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara (USU) dan gelar S2 di bidang Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia, lulus sekitar tahun 2007.

Sejak kecil Fenty menyukai dunia menulis. Selama kuliah di USU, ia aktif dimajalah kampus VOICI, dan menjadi pemimpin redaksi majalah tersebut. Setelah kuliah, pernah bekerja sebagai penulis naskah iklan di Medan. Kemudian merantau ke Jakarta dan ikut dalam tim produksi program seperti AsiaBagus dan Kuis Rahasia Keluarga di RCTI sekitar tahun 1997.

Setelah itu, Fenty masuk ke dunia jurnalistik dan media; bekerja dimajalah Forum Keadilan sebagai redaktur. Kemudian berkarier di televisi berita: Metro TV, antv, dan tvOne, menjabat dalam berbagai posisi (reporter, field producer, koordinator liputan, produser).

Fenty dikenal sebagai penulis biografi. Ia mulai menulis biografi tokoh sejak tahun 2004. Beberapa tokoh yang pernah ditulis biografinya oleh Fenty Effendy antara lain:

  • Agum Gumelar — Jenderal Bersenjata Nurani
  • Karni Ilyas — Karni Ilyas: Lahir Untuk Berita (sekitar 2012)
  • Sutopo Purwo Nugroho — Terjebak Nostalgia
  • Ahmad Sahroni — Anak Priok Meraih Mimpi

Buku‐buku lain seperti Bawa Mereka Pulang, Lyora. Keajaiban yang Dinanti, Diaspora Bangga Berbangsa dll.

Ia juga pernah melakukan riset terkait biografi tokoh luar negeri; satu contoh disebutkan risetnya terhadap buku The Story karya David Maraniss tentang Barack Obama.

Fenty menekankan bahwa menulis biografi bukan sekadar merangkai fakta dari tokoh terkenal, tetapi juga menggali sisi pribadi: cerita yang manis, pahit, konyol, kegagalan, dan kebangkitan dari kehidupan tokoh tersebut. Dalam proses penulisan, dia sering melakukan wawancara eksklusif, pendekatan personal, dan riset mendalam.

Harapan Kedepan

Dengan kolaborasi bersama berbagai pihak seperti Sahabat Lestari, IBP, dan Yayasan Sukma, acara ini diharapkan mampu memperkuat jejaring antara mahasiswa, penulis, dan aktivis kemanusiaan untuk menciptakan gerakan literasi yang lebih berdampak.

Melalui kegiatan ini, Universitas Muria Kudus bersama para narasumber ingin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan literasi sebagai sarana memperkuat nilai kemanusiaan, solidaritas, dan kepedulian sosial di tengah tantangan zaman.

“Literasi untuk Kemanusiaan” bukan sekadar diskusi buku, tetapi gerakan moral yang mengingatkan bahwa kekuatan kata dan pengetahuan dapat menjadi jembatan menuju perubahan sosial yang lebih baik.

Tentang Buku “Bawa Mereka Pulang”

Judul lengkap Buku ini adalah Bawa Mereka Pulang – Kisah Pembebasan 10 Sandera ABK Indonesia di Kawasan Konflik Mindanao. Buku ini memiliki tema utama: negosiasi, diplomasi, operasi kemanusiaan, serta kisah “di balik layar” sebuah pembebasan sandera

Alur & Pokok Kisah :

  • Kronologi Penculikan & Sandera

Sepuluh anak buah kapal (ABK) asal Indonesia disandera selama 36 hari oleh kelompok Abu Sayyaf di wilayah konflik Mindanao. Buku ini mencoba mengisahkan perjalanan waktu sandera itu, bagaimana proses tawar-menawar berlangsung, serta tekanan yang dihadapi pihak penyandera dan pihak negosiator.

  • Peran Para Pihak yang Terlibat

Yayasan Sukma: lembaga yang disebut dalam buku berperan dalam jalur kemanusiaan selama proses pembebasan. Surya Paloh: tokoh nasional asal Aceh yang juga Ketua Umum Partai NasDem, disebut berkontribusi lewat Tim Kemanusiaan dalam upaya pembebasan sandera. Pihak militer, pemangku kebijakan diplomatik, dan pihak negara terlibat dalam dukungan, koordinasi, dan pengawasan proses pembebasan.

  • Tantangan & Konflik

Ancaman ekstrem oleh kelompok Abu Sayyaf, termasuk ultimatum “tebus sandera atau tebas kepala” yang menjadi latar tekanan psikologis yang sangat besar.  Kompleksnya negosiasi: harus menjaga keamanan sandera, menjaga reputasi nasional, dan memastikan tidak membiarkan pihak penyandera menang dengan tuntutan sepihak.

  • Pembebasan & Reuni Keluarga

Setelah 36 hari disandera, proses pembebasan berhasil dilakukan, dan para sandera akhirnya kembali ke keluarga mereka. Buku menyoroti perasaan, proses adaptasi, luka psikologis, dan dinamika sosial yang dihadapi oleh para ABK setelah pembebasan.

  • Makna & Pesan Moral

Buku ini bukan sekadar menceritakan peristiwa dramatis, tapi juga menunjukkan bahwa operasi pembebasan bukanlah urusan gelap atau operasi rahasia murni, melainkan perpaduan diplomasi, manusiawi, dan kebijakan publik. Ia juga membuka perspektif tentang bagaimana negara, organisasi masyarakat, dan individu dapat bekerja sama demi menyelamatkan warganya dalam situasi berbahaya.

Baca Juga Berita Lainnya Melalui Laman mediamuria.com

https://mediamuria.com/bupati-kudus-samani-buka-pelatihan-coding-bagi-guru-wujudkan-pendidikan-melek-teknologi/: Literasi Untuk Kemanusiaan, BEM KM UMK Gelar Review Buku Dan Sharing Bersama Tokoh Nasionalhttps://mediamuria.com/mengenal-10-cabang-bela-diri-dalam-pon-bela-diri-kudus-2025/: Literasi Untuk Kemanusiaan, BEM KM UMK Gelar Review Buku Dan Sharing Bersama Tokoh Nasional

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *