mediamuria.com, Kudus – Dalam kunjungan kerja ke Desa Adat Penglipuran di Kecamatan Bangli, Provinsi Bali pada Sabtu (1/11/2025), Bupati Kabupaten Kudus, Sam’ani Intakoris, menyatakan bahwa kawasan Kompleks Menara Kudus memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata budaya yang layak setara dengan Penglipuran. Ia menilai bahwa konsep penataan, pelibatan masyarakat, dan ekonomi lokal yang diterapkan di Desa Penglipuran dapat menjadi model bagi Kudus.
“Kalau di sini bisa menjaga budaya dan ekonomi berjalan harmonis, saya yakin Kudus juga bisa. Potensinya besar, tinggal bagaimana kita menatanya agar tetap lestari,” ungkap Sam’ani.
Mengapa Desa Adat Penglipuran Jadi Inspirasi
Desa Adat Penglipuran merupakan salah satu desa adat tertua di Bali yang hingga kini masih memegang teguh adat-istiadat dan tata ruang tradisional. Beberapa poin keunggulannya: Terletak di Kec. Bangli, Kab. Bangli, provinsi Bali, diketinggian sekitar 600–700 meter di atas permukaan laut, sehingga suasananya cukup sejuk.
Memiliki luas wilayah sekitar 112 hektar dengan pembagian lahan: pertanian ±50 ha, hutan bambu ±45 ha, pemukiman ±9 ha, dan lainnya. Disana menerapkan konsep adat “Tri Hita Karana” yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan. Kampungnya dikenal sangat bersih, tertata, dan mendapat penghargaan bidang lingkungan & wisata berkelanjutan, termasuk pengakuan internasional.
Karena itu, konsep Desa Penglipuran dari bagaimana warga lokalnya yang aktif dalam ekonomi pariwisata, menjaga budaya, hingga pengelolaan lingkungan menjadi contoh yang diapresiasi oleh Pemerintah Kabupaten Kudus.
Gambaran Desa Adat Penglipuran dan Wisata Yang Bisa Dinikmati
Sejarah dan Karakter Desa
Desa Penglipuran diperkirakan telah berdiri lebih dari 700 tahun lalu, berasal dari rumpun masyarakat Bali Aga yang menjaga adat leluhur. Struktur kelembagaan adat (desa adat) di sana masih aktif dengan hukum adat (“awig-awig”) yang mengatur kehidupan warga, termasuk dalam tata bangunan dan pemukiman.
Tata ruang fisiknya sangat khas: rumah-rumah tersusun di sepanjang jalan utama, diapit taman, pagar tanaman, dan hutan bambu di bagian pinggir.
Arsitektur dan Lingkungan
Setiap rumah memiliki elemen tradisional seperti angkul-angkul (pintu masuk), dapur Bali, bale saka enam, serta fasad yang seragam secara estetika. Lingkungan desa banyak dihijaukan: taman, pagar tanaman, dan bahkan hutan bambu sebagai bagian ruang hidup warga serta sebagai bagian dari pariwisata.
Daya Tarik Wisata
Wisatawan yang berkunjung ke Penglipuran bisa menikmati:
- Jalan kaki di antara rumah-rumah tradisional yang tertata rapi; suasananya berbeda dari kawasan turis pantai yang ramai.
- Trekking ringan atau jalan santai di area hutan bambu yang menyegarkan sebagai bagian dari desa.
- Pengalaman budaya: pengunjung bisa melihat rumah-rumah adat, belajar membuat penjor, mengamati upacara adat (tergantung jadwal), atau ikut aktivitas bersama warga.
- Suasana yang bersih, tertata dan peduli lingkungan — salah satu ciri khas yang membuat desa ini dikenal hingga internasional sebagai “desa terbersih”.
Kenapa Layak Dijadikan Destinasi?
Karena gabungan dari budaya yang masih hidup, lingkungan yang asri, dan pemberdayaan masyarakat local, wisata di sini bukan sekadar “foto” tapi juga pengalaman. Dengan pendekatan tersebut, desa bisa menjaga identitas dan sekaligus menerima kunjungan wisatawan secara berkelanjutan.
Relevansi dengan Kompleks Menara Kudus
Kompleks Menara Kudus di Kabupaten Kudus memiliki karakteristik yang disebut-sebut mirip dengan kondisi di Penglipuran: pemukiman padat, rumah berdempetan di kawasan bersejarah, dan nilai budaya kuat. Bupati Sam’ani menyatakan:
“Di Kudus juga ada kawasan Menara Kudus, areanya sempit, rumah-rumah berdempetan di kawasan bersejarah. Justru itu bisa jadi potensi besar kalau dikelola dengan konsep yang tepat.”
Dengan inspirasi dari Desa Penglipuran, pengembangan wisata di Kedus dapat difokuskan pada beberapa aspek:
- Pemberdayaan warga lokal sebagai pelaku wisata (penyewaan pakaian adat, kuliner lokal, produk kerajinan) seperti yang telah dilakukan di Penglipuran.
- Penataan ruang lingkungan agar tertata rapi, bersih, serta estetis tidak hanya rumah tinggal tetapi juga jalan, taman, dan akses publik.
- Penguatan identitas budaya dan sejarah kawasan Menara Kudus sebagai ikon wisata budaya dan religi Jawa Tengah.
- Paket wisata lintas daerah yang menggabungkan Kudus dengan destinasi lain seperti Jepara dan Karimunjawa, seperti yang disampaikan Bupati.
Tantangan Dan Hal Yang Perlu Diperhatikan
Tentunya, adaptasi konsep seperti ini tidak bisa sekadar tiru-tempel. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Tidak mengabaikan kehidupan warga yang sudah tinggal di sana: warga harus menjadi bagian utama, bukan hanya objek wisata.
- Upaya menjaga agar budaya dan kehidupan sehari-hari tidak menjadi “pertunjukan turis” semata.
- Infrastruktur dan akses yang layak: kebersihan, fasilitas umum, transportasi, serta tata ruang yang mengakomodasi pengunjung tanpa mengganggu warga lokal.
- Monitoring agar pembangunan wisata tidak mengorbankan nilai lingkungan atau menyebabkan komersialisasi yang berlebihan.
Kunjungan ke Desa Adat Penglipuran memberikan pelajaran bahwa sebuah komunitas mampu menjaga warisan budaya, lingkungan hidup, dan kesejahteraan warga sambil membuka diri bagi wisata. Bagi Kabupaten Kudus, kawasan Kompleks Menara Kudus memiliki potensi serupa untuk menjadi ikon wisata budaya Jawa Tengah yang kuat, jika pengembangan dilakukan dengan tepat, berbasis masyarakat, dan berkelanjutan. Semoga potensi ini semakin dimatangkan dan membawa manfaat yang besar bagi warga lokal dan pariwisata setempat.
Baca Juga Berita Lainnya Melalui Laman mediamuria.com
https://mediamuria.com/timnas-futsal-indonesia-hajar-australia-3-1-di-indonesia-arena-cetak-rekor-penonton-terbanyak/: Potensi Besar Kawasan Kompleks Menara Kudus Yang Terinspirasi Dari Desa Adat Penglipuranhttps://mediamuria.com/kabar-duka-raja-keraton-surakarta-paku-buwono-xiii-wafat-prosesi-pemakaman-digelar-secara-adat-di-imogiri/: Potensi Besar Kawasan Kompleks Menara Kudus Yang Terinspirasi Dari Desa Adat Penglipuran
