DEMAK – Cuaca yang tidak menentu sejak awal musim kemarau menyebabkan para petani garam di wilayah pesisir Kabupaten Demak gagal memulai produksi. Akibatnya, harga garam lokal melonjak tajam dalam dua minggu terakhir.
Sejumlah petani garam di Kecamatan Wedung mengaku kesulitan mengeringkan lahan mereka karena hujan masih kerap turun di pagi atau sore hari. Padahal, produksi garam sangat bergantung pada panas matahari dan kondisi langit yang cerah.
“Biasanya pertengahan Juni kami sudah mulai panen sedikit-sedikit. Tapi tahun ini lahan masih basah terus, belum bisa bikin kristal garam,” ujar hamid, petani garam di Desa Kedungmutih.
Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Demak, lebih dari 65% lahan garam rakyat belum beroperasi hingga pertengahan Juli. Kondisi ini menyebabkan pasokan garam dari petani lokal menurun drastis, dan berdampak langsung pada kenaikan harga di pasaran.
Harga garam kasar yang biasanya berada di kisaran Rp1.000 hingga Rp1.200 per kilogram kini melonjak hingga Rp2.200 per kilogram. Sementara itu, garam halus untuk konsumsi rumah tangga juga mengalami kenaikan harga di pasar-pasar tradisional.
“Kalau terus seperti ini, para pelaku usaha kecil seperti pembuat terasi, ikan asin, dan camilan bisa terdampak. Kebutuhan garam jadi mahal dan sulit dicari,” jelas Nurhayati, pedagang di Pasar Kedungmutih, Demak.
Selain terganggunya penghasilan petani garam, pemerintah daerah juga mencatat potensi kerugian ekonomi yang cukup besar jika musim produksi garam tahun ini gagal total.
Kepala DKP Demak, Bambang Sutrisno, mengatakan pihaknya sedang menyiapkan skema bantuan darurat dan berupaya memantau cuaca lebih intensif. “Kami imbau petani untuk tidak memaksakan produksi di tengah cuaca ekstrem. Jika diperlukan, akan ada distribusi garam dari daerah lain untuk menstabilkan harga,” katanya.
Warga berharap ada solusi jangka panjang, termasuk bantuan alat penguapan atau pelatihan teknik produksi garam alternatif, agar petani tidak terlalu tergantung pada cuaca.
Kondisi ini sekali lagi menegaskan bahwa perubahan iklim bukan sekadar isu global, tapi nyata terasa di wilayah pesisir seperti Demak—dan yang paling terdampak adalah masyarakat kecil yang menggantungkan hidup dari alam.