JEPARA– Langit sore yang perlahan berubah jingga keemasan menjadi pemandangan menakjubkan yang selalu ditunggu banyak orang. Aktivitas sederhana seperti menyaksikan matahari terbenam atau yang kini populer disebut “nyunset”, ternyata bukan sekadar momen estetis semata—tetapi juga punya dampak positif bagi kesehatan mental dan emosional.
Di berbagai tempat, mulai dari tepi pantai, pinggir sawah, hingga perbukitan, banyak kalangan muda dan tua yang kini gemar meluangkan waktu sekadar untuk duduk santai menikmati pemandangan matahari tenggelam. Fenomena ini tidak hanya menyuguhkan keindahan visual, tetapi juga menciptakan ruang refleksi dan ketenangan batin.
Menurut psikolog klinis dari Universitas Muria Kudus, dr. Farah Lestari, menatap langit saat senja bisa membantu menurunkan stres. “Warna-warna hangat seperti oranye dan ungu saat sunset bisa merangsang pelepasan hormon serotonin yang membantu meningkatkan suasana hati,” jelasnya.
Tak hanya itu, aktivitas nyunset juga mendorong seseorang untuk disconnect sejenak dari hiruk-pikuk dunia digital dan gadget. Waktu berkualitas bersama alam ini dinilai mampu memulihkan fokus dan memperkuat hubungan sosial, terutama jika dilakukan bersama teman atau keluarga.
“Kadang kita tidak butuh liburan mahal. Cukup duduk bersama orang terdekat, menikmati indahnya langit senja, itu sudah menjadi bentuk healing yang nyata,” ujar Huda (22), mahasiswa yang rutin nyunset di kawasan panggung, Jepara.
Kini, nyunset bahkan menjadi tren baru dalam gaya hidup sehat. Banyak komunitas yang mulai mengajak anggotanya untuk berkegiatan luar ruangan saat sore hari, seperti meditasi senja, piknik santai, atau sesi fotografi sunset.
Momen matahari terbenam memang hanya berlangsung singkat, tetapi efek ketenangan yang dibawanya bisa bertahan lama. Alam, dengan caranya yang sederhana, mengajarkan manusia untuk berhenti sejenak, mengagumi keindahan, dan mensyukuri hidup.