mediamuria.com, Jakarta – Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyatakan komitmennya untuk bertanggung jawab penuh terhadap proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh, termasuk terhadap beban utang yang menyertai proyek strategis nasional tersebut. Pernyataan ini disampaikan dalam kunjungannya di Stasiun Tanah Abang Baru, Jakarta, awal pekan ini, di tengah sorotan publik terhadap keberlanjutan pembiayaan proyek yang menelan investasi lebih dari Rp 114 triliun.
“Saya sudah pelajari masalahnya. Tidak ada masalah. Saya tanggung jawab nanti Whoosh itu semuanya,” ujar Prabowo, seperti dikutip dari Detik News (4/11/2025). Ia menegaskan bahwa utang proyek tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena negara memiliki kemampuan fiskal untuk menanganinya. “Kita ada uangnya, tidak usah ribut-ribut,” tambahnya dengan nada optimistis.
Pernyataan ini segera menuai perhatian luas, karena menunjukkan langkah politik dan ekonomi yang strategis dari Prabowo menjelang masa transisi pemerintahannya. Selama ini, proyek Whoosh menjadi salah satu infrastruktur paling ambisius di Indonesia, namun juga paling kontroversial karena membebani keuangan negara melalui skema pinjaman dari China Development Bank (CDB).
Latar Belakang dan Tantangan Pembiayaan
Proyek KCJB yang diresmikan pada Oktober 2023 oleh Presiden Joko Widodo merupakan hasil kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok. Dalam perjalanannya, proyek ini mengalami sejumlah tantangan, termasuk pembengkakan biaya dan penyesuaian skema pembiayaan. Pemerintah sebelumnya mencatat bahwa total utang yang harus ditanggung oleh konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mencapai sekitar Rp 8,3 triliun, dengan bunga pinjaman sekitar Rp 1,2 triliun per tahun.
Kendati proyek Whoosh sudah beroperasi dan menjadi kebanggaan nasional, kehadiran beban utang dan biaya pemeliharaan yang tinggi menimbulkan kekhawatiran akan efisiensi serta keberlanjutan finansialnya.
Dengan menyatakan kesiapannya menanggung tanggung jawab atas proyek ini, Prabowo mengirim sinyal bahwa pemerintahannya akan tetap mempertahankan kesinambungan pembangunan yang dimulai era Jokowi. Namun, langkah tersebut juga menuntut kehati-hatian dalam menjaga stabilitas fiskal dan pengelolaan utang negara.
Dampak terhadap Pemerintahan dan Keuangan Negara
Secara politik, pernyataan Prabowo mencerminkan sikap kontinuitas pemerintahan dan niat untuk menjaga stabilitas proyek-proyek strategis nasional. Analis politik menilai, hal ini akan memperkuat citra Prabowo sebagai pemimpin yang tegas, tidak mudah mundur dari tanggung jawab, dan siap menanggung konsekuensi pembangunan jangka panjang.
Namun, dari sisi ekonomi dan fiskal, keputusan tersebut bukan tanpa risiko. Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia, yang dikutip oleh Pikiran Rakyat, menilai bahwa tanggung jawab negara terhadap utang proyek Whoosh harus dilakukan secara transparan agar tidak membebani APBN di masa mendatang.
“Utang yang ditanggung negara perlu dikelola secara cermat agar tidak menggerus ruang fiskal yang seharusnya digunakan untuk program sosial dan pembangunan daerah,” ujarnya.
Jika pemerintah menanggung sebagian besar biaya pemeliharaan dan pembayaran bunga pinjaman, hal ini berpotensi menambah tekanan terhadap defisit anggaran. Meski Indonesia masih dalam batas aman rasio utang terhadap PDB sekitar 38% penambahan tanggungan baru dari proyek besar seperti Whoosh dapat mempengaruhi kredibilitas fiskal di mata investor global.
Sinyal Keberlanjutan dan Kepercayaan Investor
Di sisi lain, komitmen Prabowo untuk menanggung proyek ini dapat memperkuat kepercayaan investor bahwa pemerintah Indonesia tidak akan meninggalkan proyek strategis yang sudah berjalan. Dalam konteks hubungan ekonomi dengan Tiongkok, pernyataan tersebut bisa dipandang sebagai upaya memperkuat diplomasi ekonomi dan menjaga kepercayaan mitra internasional terhadap stabilitas kebijakan Indonesia.
Jika dikelola dengan baik, keberlanjutan proyek Whoosh juga berpotensi menjadi simbol keberhasilan integrasi transportasi nasional. Pemerintah Prabowo berpeluang memperluas rute kereta cepat hingga ke Surabaya, seperti rencana awal yang pernah dikemukakan dalam proyek jangka panjang KCJB.
Tantangan di Lapangan dan Harapan Masyarakat
Meski demikian, tantangan teknis dan operasional masih membayangi. Tingkat okupansi penumpang masih fluktuatif, dan beberapa kalangan menilai harga tiket relatif tinggi dibanding moda transportasi lain. Masyarakat berharap agar tanggung jawab Prabowo tidak hanya sebatas pembiayaan, tetapi juga mencakup peningkatan efisiensi, aksesibilitas, dan manfaat ekonomi bagi daerah-daerah di sekitar jalur kereta cepat.
Selain itu, proyek Whoosh diharapkan tidak sekadar menjadi simbol prestise, tetapi benar-benar memberikan dampak ekonomi nyata seperti pengembangan kawasan industri baru, peningkatan pariwisata, serta penciptaan lapangan kerja.
Pernyataan Prabowo Subianto untuk bertanggung jawab atas proyek Kereta Cepat Whoosh menjadi titik penting dalam transisi kepemimpinan nasional. Di satu sisi, ini menunjukkan keseriusan dan kontinuitas kebijakan pembangunan infrastruktur Indonesia. Namun di sisi lain, komitmen ini membawa konsekuensi besar terhadap tata kelola fiskal dan akuntabilitas publik.
Jika dijalankan dengan strategi yang tepat, langkah Prabowo dapat memperkuat fondasi ekonomi nasional sekaligus menjaga citra pemerintah yang bertanggung jawab terhadap warisan pembangunan era sebelumnya. Namun, tanpa pengawasan dan perencanaan matang, proyek yang dimaksudkan untuk mempercepat mobilitas justru bisa menjadi beban panjang bagi anggaran negara.
Baca Juga Berita Lainnya Melalui Laman mediamuria.com
https://mediamuria.com/indonesia-u-17-takluk-1-3-dari-zambia-sempat-unggul-lewat-gol-zahaby-gholy/: Prabowo Siap Tanggung Jawab Proyek Whoosh, Sinyal Kepemimpinan Tegas Dan Tantangan Fiskal Baruhttps://mediamuria.com/utsava-kretek-2025-perpaduan-seni-budaya-dan-ekonomi-kreatif-di-museum-kretek-kudus/: Prabowo Siap Tanggung Jawab Proyek Whoosh, Sinyal Kepemimpinan Tegas Dan Tantangan Fiskal Baru
