mediamuria.com, Jakarta – Wakil Menteri Pekerjaan Umum (Wamen PU) Diana Kusumastuti melakukan kunjungan kerja ke Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta pada hari Sabtu, 27 September 2025. Dalam kunjungan tersebut, ia bertemu langsung dengan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, untuk membahas strategi menghadapi ancaman perubahan iklim yang kian nyata dampaknya terhadap sektor pekerjaan umum, infrastruktur, hingga ketahanan pangan nasional.
Pertemuan ini menjadi forum penting dalam menyusun langkah strategis adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Berbagai fenomena ekstrem seperti banjir, longsor, hingga kekeringan telah menimbulkan ancaman serius terhadap infrastruktur dan pasokan pangan. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi lintas sektor untuk memastikan pembangunan infrastruktur ke depan benar-benar memperhitungkan risiko iklim.
Tren Suhu Terus Meningkat
Dalam paparannya yang diunggah diakun instagram resmi BMKG, Kepala BMKG Dwikorita mengungkapkan bahwa data global maupun nasional menunjukkan tren peningkatan suhu yang signifikan sejak 1975. Tahun 2024 bahkan tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah, dengan kenaikan suhu global mencapai 1,55°C diatas periode pra-industri.
“Dampaknya sangat serius. Frekuensi dan intensitas banjir maupun kekeringan semakin ekstrem dan memicu krisis air di banyak wilayah Indonesia,” jelas Dwikorita.
BMKG juga mencatat periode 2015–2024 sebagai dekade terpanas yang pernah terjadi. Jika tren pemanasan global ini tidak ditekan, menurut Dwikorita, Indonesia berisiko menghadapi krisis pangan serius dalam 25 tahun mendatang. Bahkan, Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia akan mengalami ancaman krisis pangan pada 2050 akibat krisis air yang dipicu perubahan iklim.
Jika dirasakan dalam beberapa hari ke belakang memang suhu panas terasa dibeberapa tempat, termasuk di Kudus. Suhu udara yang panas ini memantik terjadinya kekeringan dibeberapa wilayah di Indonesia.
Risiko Infrastruktur Meningkat
Selain itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menambahkan bahwa Indonesia kini tengah menghadapi tantangan besar dari fenomena alam. Bibit dan siklon tropis yang muncul tidak lagi sekadar fenomena biasa, melainkan membawa dampak nyata seperti banjir bandang, longsor, hingga kerusakan infrastruktur.
“Data BMKG menunjukkan bahwa setiap tahun, hujan harian maksimum terus mengalami peningkatan. Di kawasan seperti Puncak dan Bali, curah hujan ekstrem telah berulang kali memicu bencana hidrometeorologi,” ujar Guswanto.
Ia menekankan perlunya sinergi antar kementerian dan lembaga untuk memperkuat ketahanan infrastruktur. Upaya ini dapat dilakukan dengan merancang pembangunan berbasis data iklim terbaru, merehabilitasi lahan kritis, menormalisasi sungai, hingga membangun infrastruktur hijau seperti taman resapan, sumur infiltrasi, serta sistem peringatan dini berbasis cuaca.
Pentingnya Data Iklim untuk Pembangunan
Menanggapi paparan tersebut, Wamen PU Diana Kusumastuti menyambut baik data dan informasi dari BMKG sebagai masukan penting bagi Kementerian Pekerjaan Umum. Ia menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur harus benar-benar memperhitungkan perubahan pola curah hujan, potensi longsor, dan risiko kekeringan.
“Informasi dari BMKG sangat relevan untuk perencanaan irigasi, bendungan, hingga pengendalian banjir. Jika ancaman kekeringan meningkat, maka pembangunan irigasi dan bendungan harus tepat sasaran. Demikian juga untuk banjir, diperlukan peningkatan operasi dan pemeliharaan agar sedimentasi tidak mengganggu fungsi sungai dan jembatan,” kata Diana.
Selain itu, Diana juga menyoroti pentingnya penguatan konstruksi infrastruktur terhadap risiko bencana hidrometeorologi. Fondasi jembatan, misalnya, harus diperkuat karena ancaman luapan sungai semakin sering terjadi.
“Standar SNI, desain jembatan, serta sistem peringatan dini harus terus diperbarui agar lebih adaptif terhadap dinamika iklim,” tambahnya.
Jika berkaca pada Kabupaten Kudus beberapa hari terakhir memang siang hari suhu panas benar benar terasa, bahkan sampai 38 derajat. Namun tiba-tiba dapat berubah menjadi hujan ketika sore atau malam hari. Data iklim memang benar-benar diperlukan dalam pembangunan infrastruktur.
Kolaborasi untuk Ketahanan Pangan dan Air
Pertemuan BMKG dengan Kementerian Pekerjaan Umum ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor. Dengan data iklim yang akurat dan prediksi cuaca berbasis dampak (Impact-Based Forecast), setiap pembangunan infrastruktur diharapkan bisa lebih siap menghadapi risiko perubahan iklim.
Dwikorita menekankan bahwa pembangunan ke depan tidak bisa hanya berfokus pada mitigasi bencana, tetapi juga harus menjawab ancaman krisis pangan dan keterbatasan sumber daya air.
“Perencanaan bendungan, irigasi, hingga tata kelola air harus berbasis data iklim terbaru. Dengan begitu, infrastruktur yang dibangun benar-benar mampu mendukung ketahanan pangan dan air nasional,” tegasnya.
Tantangan Besar Indonesia
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan kerentanan tinggi terhadap perubahan iklim membutuhkan strategi adaptasi yang lebih komprehensif. Tidak hanya pembangunan fisik, tetapi juga penguatan sistem mitigasi bencana dan tata kelola lingkungan.
Dengan meningkatnya frekuensi bencana hidrometeorologi, baik BMKG maupun Kementerian PU sepakat bahwa pendekatan pembangunan harus lebih berkelanjutan. Infrastruktur hijau, konservasi air, dan rehabilitasi lahan kritis akan menjadi bagian penting dari solusi jangka panjang.
Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan mampu memperkuat daya tahan bangsa menghadapi krisis global yang dipicu oleh perubahan iklim. Bagi Indonesia, kesiapan menghadapi banjir, kekeringan, dan krisis pangan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak demi keberlangsungan pembangunan dan kesejahteraan rakyat.
Baca Juga Berita Lainnya Melalui Laman mediamuria.com
https://mediamuria.com/fifa-berikan-sanksi-kepada-fam-dan-7-pemain-malaysia-dugaan-pemalsuan-dokumen-naturalisasi/: Kunjungan Wamen PU Ke Kantor BMKG: Infrastruktur Harus Adaptif Hadapi Banjir, Kekeringan, Dan Krisis Pangan https://mediamuria.com/timnas-esports-indonesia-lolos-fifae-world-cup-ft-efootball-di-arab-saudi/: Kunjungan Wamen PU Ke Kantor BMKG: Infrastruktur Harus Adaptif Hadapi Banjir, Kekeringan, Dan Krisis Pangan