Site icon Media Muria

Pemerintah Siapkan BBM Campuran Etanol 10 Persen Mulai 2026, Industri Otomotif Diminta Siap Beradaptasi

Sharing is caring

mediamuria.com, Jakarta – Beberapa waktu yang lalu masyarakat Indonesia dihebohkan dengan pernyataan kebijakan pemerintah yang tengah menyiapkan kebijakan besar disektor energi dengan rencana penerapan bahan bakar campuran etanol (E10) pada tahun 2026 mendatang. Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya nasional menuju energi bersih dan kemandirian energi, serta menjadi kelanjutan dari produk Pertamax Green 95 yang saat ini sudah menggunakan campuran etanol 5 persen (E5).

Rencana ini disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia dalam keterangan resminya di Jakarta. Menurutnya, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan agar Indonesia mempercepat penggunaan bahan bakar nabati untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak bumi serta menurunkan emisi gas buang kendaraan bermotor.

“Pemerintah menargetkan pada tahun 2026, seluruh BBM jenis bensin akan mengandung etanol hingga 10 persen. Ini langkah menuju energi hijau yang berkelanjutan,” ujar Bahlil

Langkah Menuju Kemandirian Energi

Kebijakan ini menjadi bagian dari program bioenergi nasional, di mana pemerintah berupaya menggantikan sebagian konsumsi bahan bakar fosil dengan sumber energi terbarukan. Etanol sendiri merupakan bahan bakar berbasis alkohol yang dihasilkan dari fermentasi bahan alami seperti tebu, jagung, atau singkong.

Selama ini Indonesia telah berhasil menerapkan Biodiesel (B35) pada bahan bakar solar, yang menggunakan campuran 35 persen minyak nabati (FAME). Langkah serupa kini diadopsi untuk bahan bakar bensin dengan menambahkan etanol sebagai komponen pengganti sebagian oktan.

Dengan campuran etanol 10 persen, pemerintah berharap dapat menghemat impor bensin hingga jutaan kiloliter per tahun dan mengurangi emisi karbon hingga 8–10 persen. Selain itu, sektor pertanian juga diharapkan mendapat dorongan baru, karena kebutuhan bahan baku etanol akan membuka pasar besar bagi komoditas seperti tebu dan singkong.

Dukungan dan Tantangan dari Industri Otomotif

Kendati dinilai positif, kebijakan ini juga menimbulkan sejumlah kekhawatiran, terutama dari kalangan industri otomotif. Beberapa produsen kendaraan, seperti Toyota Indonesia, telah menyuarakan agar pemerintah melakukan uji kompatibilitas menyeluruh sebelum kebijakan ini diterapkan.

Etanol memiliki sifat higroskopis, yaitu mudah menyerap air, serta lebih korosif terhadap beberapa material logam dan karet. Hal ini dapat memengaruhi sistem bahan bakar dan performa mesin pada kendaraan yang tidak didesain untuk kadar etanol tinggi.

“Kami mendukung transisi energi bersih. Namun, penting untuk memastikan kendaraan yang beredar kompatibel dengan E10, agar tidak menimbulkan kerusakan mesin di lapangan,” ujar salah satu perwakilan asosiasi produsen otomotif.

Selain itu, nilai energi yang dihasilkan etanol lebih rendah dibanding bensin murni. Akibatnya, konsumsi bahan bakar kendaraan bisa sedikit meningkat, meskipun perbedaan ini tidak terlalu signifikan untuk penggunaan harian.

Dampak Positif: Lingkungan, Pertanian, dan Ekonomi

Secara keseluruhan, kebijakan ini membawa banyak manfaat jangka panjang bagi Indonesia.

Dengan kandungan oksigen yang lebih tinggi, etanol membantu pembakaran lebih sempurna dimesin, sehingga mengurangi emisi karbon monoksida dan partikulat berbahaya.

Indonesia masih mengimpor lebih dari 10 juta kiloliter bensin setiap tahun. Dengan E10, kebutuhan impor bisa ditekan secara bertahap.

Permintaan etanol akan membuka peluang ekonomi baru bagi petani tebu, jagung, dan singkong. Daerah seperti Lampung, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan bisa menjadi pusat produksi bioetanol nasional.

Pabrik-pabrik pengolahan etanol (bio-refinery) diprediksi akan tumbuh diberbagai daerah, membuka lapangan kerja baru dan memperkuat rantai pasok energi domestik.

Dampak Negatif: Tantangan Teknologi dan Biaya

Namun disisi lain, penerapan etanol juga menyimpan risiko dan konsekuensi ekonomi :

Kendaraan lama, terutama keluaran sebelum tahun 2010, berisiko mengalami korosi atau gangguan pada sistem injeksi jika menggunakan BBM bercampur etanol tinggi tanpa penyesuaian.

Stasiun pengisian bahan bakar harus menyesuaikan tangki dan sistem distribusi agar tahan terhadap etanol, yang bersifat lebih reaktif terhadap logam dan karet.

Produksi etanol dalam negeri masih terbatas dan biayanya relatif tinggi. Tanpa subsidi atau dukungan insentif, harga jual BBM bisa ikut naik.

Karena bahan baku etanol berasal dari komoditas pertanian seperti tebu dan singkong, ada kekhawatiran bahwa permintaan tinggi akan memengaruhi pasokan dan harga bahan pangan di pasar.

Harapan ke Depan

Pemerintah berjanji akan melakukan uji coba nasional E10 pada 2025 sebagai tahap persiapan, termasuk penyesuaian standar kendaraan dan fasilitas distribusi BBM. Bersamaan dengan itu, riset mengenai bioetanol generasi kedua dari limbah pertanian sedang dikembangkan agar produksi tidak mengganggu kebutuhan pangan.

Kebijakan E10 menjadi langkah strategis menuju transformasi energi hijau Indonesia. Namun keberhasilannya akan sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, industri otomotif, pelaku pertanian, dan masyarakat pengguna.

“Perubahan boleh saja, asalkan industri punya waktu untuk beradaptasi, dan masyarakat benar-benar mendapat manfaatnya,” tutur Bahlil.

Jika seluruh persiapan berjalan sesuai rencana, Indonesia akan memasuki era baru bahan bakar ramah lingkungan mulai tahun 2026, menandai langkah penting menuju kemandirian energi dan keberlanjutan lingkungan.

Baca Juga Berita Lainnya Melalui Laman mediamuria.com

https://mediamuria.com/prabowo-lantik-25-pejabat-negara-mulai-dari-gubernur-hingga-wakil-menteri-serta-pelantikan-dubes-lbbp-dan-wakil-dubes-ri/: Pemerintah Siapkan BBM Campuran Etanol 10 Persen Mulai 2026, Industri Otomotif Diminta Siap Beradaptasi https://mediamuria.com/para-gubernur-temui-menteri-keuangan-bahas-terkait-kebijakan-pemangkasan-tkd-untuk-apbn-2026/: Pemerintah Siapkan BBM Campuran Etanol 10 Persen Mulai 2026, Industri Otomotif Diminta Siap Beradaptasi
Exit mobile version