mediamuria.com, Kudus – Salah satu tradisi dimasyarakat Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kudus dalam menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW adalah “Ampyang”. Tradisi Ampyang ini masih berlanjut sampai sekarang setiap 12 Rabiul Awal.
Nama Ampyang Maulid sendiri berasal dari dua kata. “Ampyang” merujuk pada sejenis kerupuk. Kerupuk ini terbuat dari tepung. Bentuknya bulat dan berwarna-warni. “Maulid” berasal dari bahasa Arab “Walada”. Bentuk masdarnya “Maulidan”. Artinya adalah kelahiran.
Jadi, Ampyang Maulid adalah sebuah hidangan khusus perayaan yang tertata unik untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini berpusat di Masjid Wali Loram Kulon dengan tujuan mulia yaitu sebagai dakwah Islamiyah.
Tradisi Ampyang Loram Kulon merupakan tradisi yang khas. Keunikannya ada sejak zaman Tjie Wie Gwan. Namun, sempat terhenti pada masa penjajahan Belanda. Penjajahan Jepang (1941-1945) juga menghentikannya. Situasi politik saat itu tidak kondusif. Krisis panjang melanda negeri. Menjelang G30S PKI, tradisi ini berhenti. Situasi politik kembali menjadi penyebab. Pada tahun 1995 M, masyarakat kembali menghidupkan Ampyang sebagai syiar agama Islam.
Dalam acara Ampyang biasanya diisi dengan berbagai kegiatan, salah satunya adalah kirab Ampyang Maulid. Ciri khas dari kirab Ampyang Maulid yaitu berupa tradisi berebut nasi kepel daun jati yang ada di sana. Kerupuk warna-warni juga ikut diperebutkan.
Nasi kepel yang terbungkus dari daun jati. Masing-masing warga yang menyiapkannya. Lauknya ada botok tahu dicampur dengan daging kerbau, daging ayam atau bandeng. Setiap warga membuat lima atau tujuh nasi kepel. Dibungkus terpisah dengan lauknya. Kemudian terkumpul membentuk gunungan besar. Setelah didoakan, diperebutkan di Masjid Jami At Taqwa.
Tradisi ini menjadi sebuah tradisi yang dapat mengangkat nama desa dan UMKM sekitaran desa. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Mutrikah, menjelaskan bahwa pengemasan Kirab Ampyang Maulid menjadi lebih meriah sejak 2010. Tujuannya adalah untuk mengangkat potensi lokal. Kini Loram Kulon mendapatkan julukan Jepangnya Jawa Tengah.
Desa ini punya beragam potensi mulai dari kerajinan tas dan bordir, hingga kuliner. Selain itu, olahan bandeng menjadi andalan. Masyarakat Loram Kulon punya jiwa entrepreneur tinggi. Ini layak dikenalkan dan dipromosikan. Salah satunya lewat festival budaya.
“Kearifan lokal di Desa Wisata Loram Kulon luar biasa, Sejak 2010, kami kemas perayaan Maulid Nabi. Bentuknya kirab budaya.” ucap Mutrikah.
Pada tahun ini runtutan acara tradisi Ampyang Maulid sudah dimulai sejak 30 Agustus – 5 September 2025 dengan diisi pagelaran Pentas Seni Loram Expo 2025. Pada puncak acara nanti padai tanggal 5 September 2025, akan diadakan pentasi seni dimana menghadirkan guest star panggung seni yaitu: Hakaya Gambus (Semarang), Cak Konyek (Pati), Cak Konyel (Jawa Timur), serta kegiatan Loram Bersholawat.
Sementara untuk Festival Ampyang Maulid, akan diselenggarakan pada hari Minggu, 7 September 2025. Start mulai dari Lapangan Kongsi Loram Wetan dan Finish di Masjid Jami’ At Taqwa Loram Kulon.
Baca Berita Lainnya Dari Laman mediamuria.com
https://mediamuria.com/batal-lawan-kuawait-timnas-indonesia-akan-hadapi-chinese-taipe-besok/: Tradisi Maulid Nabi “Ampyang” Di Desa Loram Kulon https://mediamuria.com/ditahan-imbang-laos-peluang-lolos-menipis/: Tradisi Maulid Nabi “Ampyang” Di Desa Loram Kulon